Demo dukung TKW Ruyati di Kedubes Arab Saudi |
Priyo menyatakan, negara Arab perlu banyak mengintrospeksi diri. "Negara Saudi itu agak pongah. Bila ada proses efek bola salju di beberapa negara seperti Mesir dengan arus reformasi terhadap mereka, ya biarkan saja," ujarnya saat ditemui di gedung DPR, Jakarta, Senin.
Untuk itu, Priyo menegaskan pemerintah harus menghentikan pengiriman TKW/TKI ke luar negeri, khususnya dengan prosesi sebagai pembantu rumah tangga. Sebab, hal ini menyangkut harga diri dan martabat sebagai sebuah bangsa.
"Silakan kalau pemerintah membuka peluang (TKI ke luar negeri), tapi kepada tenaga yang dengan kualifikasi tertentu seperti perawat, tenaga perpustakaan. Jangan sebagai pembantu. Kalau pembantu sering dilecehkan, dianggap sepele. Perempuan-perempuan atau wanita-wanita kita dijadikan sebagai babu, budak belia dan sebagainya," ujar Priyo.
Sementara itu, terkait rekomendasi Komisi I DPR untuk mengevaluasi duta besar, politisi Partai Golkar itu sangat mendukung.
"Setuju saja, kalau Komisi I sudah bulat, surat tersebut akan segera saya teken, agar tidak sekadar dipanggil tapi dievaluasi dan ditarik, bahkan diganti. Sebab, ini menyangkut melindungi nyawa warga negara kita yang harus menjadi tujuan utama kita," jelasnya.
Sedangkan Wakil Ketua DPR, Pramono Anung menyatakan pimpinan DPR akan menemui presiden di Istana Negara Jakarta untuk mengadakan Rapat Konsultasi pada 23 Juni 2011. Hal ini terkait dengan masalah moratorarium pengiriman TKI ke Arab Saudi.
"Masalah moratorium pengiriman TKI yang sudah disepakati DPR dalam paripurna harus sampai ada jaminan keamaanan," ujar Pramono saat ditemui di Gedung DPR.
Tragedi yang menyebabkan salah satu TKI, Ruyati, menurutnya, telah menyebabkan seluruh masyarakat Indonesia terluka. "Oleh karena itu, masalah moratorarium ini harus tuntas hingga ada jaminan keselamatan dari pemerintah Arab Saudi," tutur Pramono.
Tragedi yang menyebabkan salah satu TKI, Ruyati, menurutnya, telah menyebabkan seluruh masyarakat Indonesia terluka. "Oleh karena itu, masalah moratorarium ini harus tuntas hingga ada jaminan keselamatan dari pemerintah Arab Saudi," tutur Pramono.
Ruyati pertama kali menjadi TKI sekitar tahun 1999. Pada keberangkatan pertama itu, nenek dengan tujuh orang cucu dari tiga anak ini sempat bekerja di Madinah, Arab Saudi, selama lima tahun.
Setelah pulang, dia kembali mengadu nasib ke Arab Saudi dan bekerja selama enam tahun. Terakhir, dia bekerja di negeri kaya minyak tersebut selama satu tahun empat bulan, sebelum pedang algojo memisahkan kepala dari tubuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar